I. PENDAHULUAN
Benih tanaman yang
selanjutnya disebut benih dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 tentang
Sistem Budidaya Tanaman adalah tanaman atau
bagiannya yangdigunakan untuk memperbanyak dan mengembangbiakkan tanaman.
Benih tanaman mencakup segala bentuk bahan tanam yang dalam pengandaanya
memerlukan kecermatan dan ketelitian agar diperoleh benih tanaman yang
memerlukan persyaratan sebagai benih unggul dan bermutu sehingga mampu tumbuh
baik dan dapat memberikan jaminan harapan produksi yang tinggi serta tahan
terhadap gangguan alam maupun hama dan penyakit.
Kebun
sumber benih atau produsen benih yang telah resmi biasanya berlokasi
cukup jauh dari lokasi pengembangan perkebunan didasarkan
atas karakter atau sifat benih dan lokasi tersebut, sehingga teknik pengemasan
dan pengiriman benih yang baik sangatdibutuhkan agar benih yang dikirim dengan
jarak yang relatif jauh dapat dipertahankan dayatumbuhnya. Peranan teknologi
pengemasan perlu diterapkan dalam mendukung pemenuhan kebutuhan
benih bermutu, berbeda dengan pengemasan barang yang tidak memiliki daya
tumbuh. Teknik pengemasan benih memiliki kekhususan yaitu mempertahankan
viabilitas dari benih. Pengemasan barang mempunyai target adalah kerusakan
fisik barang harus diminimalisir. Sedangkan pada pengolahan benih prinsip
utamanya adalah menjaga keamanan daya tumbuh dalam bentuk wujud fisik benih
yang tidak mengalami perubahan baik secara fisiologis maupun biokimia.
Menurut
Yuniarti (2015) pengemasan benih untuk penyimpanan digunakan wadah yang
bersifat tidak
kedap terhadap uap air dan gas tetapi cukup dapat mempertahankan kelembaban,
misalnya kantong katun, karung goni, kantong kertas, kantong plastik berlubang,
kotak kardus dan kotak kayu. Bahan pencampur sebagai media simpan dapat
dipergunakan dalam penyimpananseperti serbuk gergaji lembab, serbuk sabut
kelapa lembab, batu perlite dan bahan lainnya. Oleh
karena itu penting untuk dikaji cara-cara dan metode pengemasan benih yang baik
dan benar.
II. ISI
Pengemasan harus diartikan usaha atau perlakuan yang
bertujuan untuk melindungi fisik benih agar daya tumbuh dan daya berkecambahnya
tetap tahan tanpa penyimpangan-penyimpangan. Benih setelah melalui tahapan
pengolahan (seed processing) biasanya dikemas untuk selanjutnya dipasarkan dan
disimpan dalam gudang sebagai cadangan untuk mengantisipasi kebutuhan benih
pada masa tanam berikutnya. Selama benih dalam tahapan pemasaran atau disimpan
dalam gudang, akan mengalami kemunduran (deterioration)
dan tidak lepas dari resiko kerusakan akibat serangan hama yang kedua-duanya
akan menyebabkan penurunan mutu.
Adapun tujuan dari proses pengemasan
pada benih yaitu :
a. Memudahkan pengelolaan benih
b. Memudahkan transportasi benih untuk pemasaran
c. Memudahkan penyimpanan benih dengan kondisi yang memadai
d. Mempertahankan viabilitas benih
e. Mengurangi deraan cuaca
f. Mempertahankan kadar air benih
a. Memudahkan pengelolaan benih
b. Memudahkan transportasi benih untuk pemasaran
c. Memudahkan penyimpanan benih dengan kondisi yang memadai
d. Mempertahankan viabilitas benih
e. Mengurangi deraan cuaca
f. Mempertahankan kadar air benih
Bahan kemasan yang
baik adalah yang memiliki kekuatan tekanan, tahan terhadap kerusakan serta
tidak mudah sobek. Bahan untuk kemasan banyak macamnya dan masing-masing
memiliki sifat yang berbeda. Bahan kemasan benih di daerah tropika basah
umumnya memiliki sifat impermeabilitas terhadap uap air. Sifat lain yang
penting adalah mempunyai daya rekat (sealibility), kuat, elastis, mudah
diperoleh, murah, dan tahan lama (Robi 2007). Prinsip dasar
pengemasan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas dan vigor benih, dan
salah satu tolok ukurnya adalah kadar air benih. Kadar air merupakan faktor
yang paling mempengaruhi kemunduran benih. Lebih lanjut dikatakan bahwa
kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air.
Berdasarkan sifat porositasnya, wadah
benih dapat dibedakan atas menurut Yuniarti (2015) :
·
Wadah porous
Wadah tersebut terbuat dari kapas, jute,
kertas dan sebagainya dan sering digunakan untuk benih serealia. Wadah tersebut
mampu memasukkan udara ke dalam wadah atau mengeluarkan udara ke luar wadah.
Wadah ini memerlukan kondisi tempat penyimpanan yang kering, sehingga dapat
mempertahankan kadar air benih sekitar 12% 2. Karung goni, kain, polietilen, wadah logam atau kaca, kertas,
kardus, aluminum foil, plastik, kotak
kayu dari papan serat, dan kombinasi
berbagai bahan.
·
Wadah kedap terhadap kelembaban
Wadah tersebut terbuat dari polietilin,
baja, kaleng, timah, aluminium dan sebagainya dengan ketebalan tertentu. Wadah
tersebut mampu mencegah terjadinya pemasukan atau pengeluaran kelembaban. Lapisan tipis polyethylene, lapisan polyester, lapisan polyvinyl, cellophane/kertas kaca, lapisan plio, aluminum foil dan lapisan
gabungan.
Metode
Pengemasan Benih
Ø Manual
Pengemasan benih dengan menggunakan tangan yang
dimasukan kedalam plasik atau karung dengan mengikat bagian ujungnya dengan
karet.
Ø Semi-automatic
Pengemasan benih dengan cara gabungan metode manual dengan
automatic seperti pengemasan benih sawi yang dimasukan kedalam kantong plastik
menggunakan tangan kemudian di rapatkan atau ditutup dengan alat mesin untuk
menjaga aliran udara atau menghilangkan udara
Ø Automatic
Pengemasan benih dengan menggunakan mesin mulai dari
memasukan benih kedalam wadah hingga benih siap dipasarkan.
Beberapa Alat Pengemasan
Benih
![]() |
Gambar 1. Alat pengemasan
inventor
Pengolahan benih di tingkat penangkar skala kecil terkendala oleh
tidak tersedianya alat dan mesin (alsin)
untuk prosesing benih seperti mesin pengering, pembersih (cleaning), penimbang, dan pengemas (packaging). Oleh karena itu diperlukan alsin pascapanen dan
pengolahan benih yang tepat guna untuk menghasilkan benih yang bermutu baik
dengan kapasitas produksi sesuai kebutuhan penangkar benih. Alat pengemas (sealer) benih ini berfungsi menutup dan merekatkan (sealing) kantong kemasan benih yang
telah diisi gabah dan ditimbang sesuai dengan ukuran bobot kemasan (Litbang
2015).
![]() |
Gambar 2. Horizontal conveyor
Horizontal conveyor ini juga berfungsi sebagai dudukan
saat proses perekatan berlangsung. Adapun mekanisme kerja alat ini, sebelum
digunakan untuk merekatkan plastik kemasan, terlebih dahulu diatur suhu perekat
sesuai dengan ketebalan plastik kemasan. Untuk kemasan benih padi dengan
plastik tebal 0,8 mm suhunya dapat diatur pada posisi 3-4 detik. Misalnya benih
padi yang sudah dikemas dalam kantong plastik @ 5 kg didudukkan pada horizontal conveyor,
kemudian digeser dan diarahkan ke bagian sealing unit. Setelah posisi kantong plastik siap
direkatkan maka pedal sealer ditekan
dengan kaki, sehingga proses sealing berlangsung
dan ditunggu beberapa saat untuk memastikan kantong sudah terekat dengan baik,
lalu injakan dilepas (BPATP 2007).
III. KESIMPULAN
Pengemasan
benih bertujuan untuk melindungi fisik benih agar daya tumbuh dan daya
berkecambahnya tetap tahan tanpa penyimpangan-penyimpangan. Prinsip dasar
pengemasan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas dan vigor benih. Bahan
kemasan yang baik adalah bahan yang memiliki kekuatan dari tekanan, tahan
terhadap kerusakan, dan tidak mudah robek. Sifat lain yang penting adalah
mempunyai daya rekat (seability). Kuat, elastis, muda diperoleh, murah, dan
tahan lama. Metode yang dapat digunakan untuk pengemasan benih yaitu manual,
semi-automatic dan automatic.
DAFTAR
PUSTAKA
BPATP (Balai Pengelolah Alih Teknologi Pertanian).
2007. Alat Pengemasan Benih. http://www.bpatp.litbang.pertanian.go.id
diakses pada [20 maret 2017].
Badan litbang pertanian. 2015. Alat Pengemasan Benih Padi. http://www.litbang.pertanian.go.id/berita/one/2119
diakses pada [20 maret 2017]
Robi. 2007. Perbedaan Bahan Kemasan Dan Periode Simpan
Dan Pengaruhnya Terhadap Kadar Air Benih Jagung Dalam Ruang Simpan Terbuka.
Buletin Teknik Pertanian. 12 ( 1)
: 7-9.
Yuniarti dan djaman. 2015. Teknik Pengemasan Yang Tepat Untuk Mempertahankan Viabilitas Benih Bakau
(Rhizophora apiculata) Selama Penyimpanan. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 1-6 : 1438-1441.
Komentar
Posting Komentar